Kunjungan ke salah satu pabrik roti di sudut kota Solo

Bergaya di dalam area sebuah pabrik roti. Ayo terus..jalan...awas roti panas..roti panas...

Berkumpul dulu sebelum renang sambil berpose donk

Pemanasan dulu ya anak-anak biar tidak cedera nanti ketika masuk kolam....bawa pelampungnya anak-anak ya...

Praktek membuat adonan roti secara langsung dipabriknya

Walaupun panas tetap serius membentuk adonan roti. Ohhhh...ditepuk-tepuk...terus digulung-gulung terus..dipanggang deh...ehmmm jadi laperrrr

Dua calon perenang handal Indonesia

Halo kami habis berenang...besok kami akan jadi peserta olimpiade renang....sekarang main dulu he...he...

Berpose di Waduk Cengklik

Awas anak-anak siaaaaap...action!! Jangan lupa bilang buncissssss...wow senyumnya...silau mannnnn...he...he...

Sabtu, 25 September 2004

Kisah Si Anak Elang


Dahulu kala di sebuah hutan tinggallah keluarga elang. Mereka membangun sarangnya di sebuah pohon Oak yang tinggi. Ayah elang dan ibu elang adalah burung-burung yang hebat. Paruh mereka kuat dan sayapnya lebar. Cakarnya tajam dan bisa mencengkeram mangsanya dengan sekali sambar. Mereka juga gemar terbang tinggi membelah angkasa. Menjelajah hutan dan samudera adalah kegemaran mereka. Mereka tinggal disarang bersama anak elang yang masih kecil.


Ayah dan ibu elang benar-benar sayang sama anaknya ini. Ayah elang setiap pagi terbang keluar dari sarangnya mencari makanan buat si elang kecil. Sementara si elang kecil tinggal di sarang ditemani ibunya.


Hari demi hari berganti. Si anak elang semakin besar dan sangat ingin bisa terbang seperti kedua orangtuanya. Dia selalu minta diajari terbang oleh orangtuanya. “Ibu, ayo ajari aku terbang. Aku ingin bisa segera terbang dan mejelajah angkasa seperti ibu. Aku juga ingin seperti ayah yang pandai berburu di hutan!”, rengek si anak elang.


“Iya nak, nanti pada waktunya kau pasti akan kami ajari terbang. Tapi sekarang kau masih terlalu kecil. Sayapmu masih lemah dan tenagamu belum cukup untuk bertahan melayang di udara.” Jawab ibunya.


“Ah aku bisa kok. Aku sekarang juga sudah bisa terbang!”. Elang kecil tetap bersikeras untuk segera diajari terbang.


Suatu hari ayah elang berkata kepada ibu elang dan anaknya.


“Aku besok ada undangan ke pertemuan elang-elang di hutan sebelah. Aku harus pergi kesana karena raja elang sendiri yang mengundangku. Hutan sebelah ini sangat jauh sehingga aku mungkin akan pergi selama beberapa hari. Nak, aku minta selama aku pergi nanti, kau harus menuruti apa kata ibumu!”. Kata ayah elang. “Iya ayah.” Jawab elang kecil.


Keesokan harinya ayah elang berangkat ke hutan sebelah. Sayapnya mengepak-ngepak membelah udara dengan amat gagahnya. Ibu elang dan anak elang melepas keberangkatannya. Ketika anak elang melihat ayahnya bisa terbang tinggi dengan gagahnya seperti itu, dia sangat terkagum-kagum dan bertekad untuk bisa seperti ayahnya.


“Ibu…ibu, ayo aku diajari terbang seperti ayah!”. Kata elang pada ibunya.


“Nanti nak, kalau kau sudah besar. Tunggu beberapa hari lagi aku akan mengajarimu terbang”. Jawab ibu elang. Begitulah, setiap kali anaknya meminta diajari terbang, jawabannya selalu sama.


Elang kecil menunggu-nunggu kapan dia akan diajari terbang. Dia sudah sangat ingin terbang dan berburu unggas di hutan ini. Akhirnya elang kecil merasa sudah terlalu lama menunggu. Dia mulai tidak sabar. Dia mulai agak kesal sama ibunya yang selalu menolak mengajari dia terbang.


Lalu pada suatu pagi ibu elang berkata pada anaknya.


“Nak, ibu mau pergi sebentar. Makanan kita sudah habis. Ibu harus mencari makanan hari ini agar kita bisa tetap makan. Kau jangan pergi keluar dari sarang. Hati-hati, karena kau nanti bisa terpeleset dari dahan pohon ini.”


“Baik bu aku akan tinggal di sarang saja nanti.”


Setelah ibunya berangkat mencari makan, elang kecil berpikir, “Kalau aku coba-coba belajar terbang sendiri bagaimana ya? bisa apa tidak ya?.”


Dia sengaja tidak mematuhi perintah ibunya untuk tinggal di sarang. Akhirnya dia mulai melangkah keluar sarang. Dengan pelan-pelan di berjalan di dahan pohon Oak yang besar itu.


“Ah, mana mungkin aku bisa terpeleset. Dahan pohon ini sangat besar kok, aku bahkan bisa berlari-lari diatasnya.” Pikir si anak elang.


Lalu setelah menunggu hampir seharian di sarangnya, dia mulai bosan. Muncul niatnya untuk belajar terbang sendiri. “Hmm…sepertinya terbang itu mudah. Tinggal angkat sayapku pasti aku nanti bisa naik ke udara dan terbang!”.


Lalu pelan-pelan dia mulai mengangkat sayapnya. Ketika ada angin datang, si anak elang mulai terangkat ke atas. Ketika angin pergi, dia kembali turun lagi. Begitu seterusnya,sampai si anak elang yakin kalau dia bisa terbang.


Akhirnya dia memberanikan diri untuk terbang. Dia bersiap-siap dengan mengangkat sayapnya tinggi-tinggi. Dia mengambil ancang-ancang, ketika ada angin datang, serta merta dia meloncat dan hap…! Berhasil! Dia bisa melayang di udara. Lalu mulailah si anak elang mengepakkan sayapnya dan dia mulai terbang berputar-putar di sekitar sarangnya. Lama-lama dia ingin terbang lebih jauh dan lebih tinggi lagi. Dan tanpa dia sadari dia sudah jauh meninggalkan sarangnya di pohon Oak tadi.


Ketika sudah beberapa lama terbang dia mulai kelelahan dan dia mulai merasa lapar. Tapi sayang pohon Oak tadi sudah tidak kelihatan. Dia lupa jalan pulang ke sarangnya. Dari atas sini semua kelihatan sama. Oh, gawat, dimana sarangku tadi? Pikir si anak elang.


Ketika sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara keras, DOOOOR!!!! Ternyata sebuah peluru yang ditembakkan pemburu berhasil mengenainya. Dia merasa sayapnya sakit dan pelan-pelan…dia mulai hilang kesadaran.


******


Si anak elang pelan-pelan membuka mata. Perlahan wajah ayah dan ibunya muncul di depannya. Mereka memandangnya dengan cemas. Aku dimana ini? Bukankah aku tadi masih terbang?


“Kau sudah sadar nak? Syukurlah, kami sangat cemas melihatmu. Kau sudah pingsan selama dua hari ini nak. ” Kata ibu elang sambil berlinangan airmata.


“Kau kami temukan dalam keadaan pingsan di hutan. Sayapmu berdarah. Sepertinya peluru pemburu berhasil mengenaimu. Untung kau tersangkut di pohon. Kalau kau sampai jatuh…kau pasti tidak bisa selamat dan ditangkap oleh si pemburu.” Kata ayah elang dengan raut muka yang juga cemas.


“Maafkan aku. Aku tidak patuh pada perintah kalian. Akibatnya aku membuat kalian takut dan aku juga hampir terbunuh oleh pemburu.” Kata anak elang dengan menyesal.


“Tidak apa-apa nak. Yang penting kau selamat. Asal jangan pernah lagi melanggar perintah kami ya nak!”


Setelah peristiwa itu anak elang sadar kalau tidak mentaati kata-kata orang tua adalah dosa besar dan berakibat tidak baik bagi si anak. Sejak saat itu anak elang menjadi anak yang sangat patuh pada kedua orangtuanya.

Jumat, 10 September 2004

Hati-hati kalau anak suka makan hamburger!!




Perhatian ! Artikel ini bukan ingin mendiskreditkan suatu merek tertentu. Saya mendapatkannya dari postingan facebook seseorang.Dan mungkin orang itu juga mendapatkannya dari blog orang lain. Jadi ini mungkin adalah relay artikel yang kesekian :). Anda percaya atau tidak silahkan googling sendiri ya :D

Mengapa hamburger Happy Meal McDonald tidak Membusuk ?
“Hal baru” yang belakangan ditemukan oleh media mainstream adalah bahwa hamburger dan gorengan Happy Meal McDonald tidak membusuk, walaupun dibiarkan selama enam bulan. Berita ini telah diangkat oleh CNN, the Washington Post, dan banyak outlet MSM lainnya yang kaget bahwa junk food dari jaringan restoran fast food tidak akan terurai/membusuk.

Yang lucu berkaitan dengan hal ini adalah bahwa industri natural health telah meliput topik ini beberapa tahun yang lalu. Ingat video Bionic Burger Len Foley? Video itu diposting tahun 2007 dan telah ditonton lebih dari 2 juta kali di You Tube. Video ini memperlihatkan seorang pria yang membeli hamburger McDonald pada tahun 1989 – burger tersebut tidak membusuk selama lebih dari 2 dekade! (1 dekade = 1 dasawarsa = 10 tahun).

Sekarang, pria tersebut memiliki sebuah museum penuh dengan non-decomposed burgers (burger yang tidak terurai/membusuk) di ruang bawah tanahnya.

Apakah media mainstream pernah mengangkat berita ini sebelumnya? Tidak. Tidak satu kata pun. Berita ini telah diabaikan sama sekali. Baru pada tahun 2010, ketika seorang artis menyampaikan kisah mengenai hamburger McDonald yang tidak membusuk sejak 6 bulan sebelumnya, jaringan berita mulai mengangkat kisah ini.

Mengapa hamburger McDonald tidak membusuk?

Jadi, mengapa burger dan gorengan fast food tidak segera membusuk? Jawaban spontan yang sering disampaikan, “Well, itu pasti dibuat dengan menggunakan banyak bahan kimia sampai-sampai cendawan/jamur pun tidak mau memakannya.”
Itu baru sebagian dari jawabannya, belum keseluruhan cerita.

Kenyataanya adalah banyak makanan olahan yang tidak terurai/membusuk dan tidak akan dimakan oleh jamur, serangga atau bahkan hewan pengerat (contoh : tikus). Coba tinggalkan margarin di halaman rumah Anda dan lihat apakah ada yang mau memakannya. Anda akan menemukan bahwa margarin tersebut akan tetap seperti keadaan semula.

Potato chips (keripik kentang) bisa bertahan selama puluhan tahun. Pizza beku sungguh akan tahan terhadap pembusukan. Dan tahukah Anda saus Natal olahan dan daging yang dijual selama musim libur? Anda bisa menyimpannya selama bertahun-tahun dan mereka tidak akan busuk.

Mengenai daging, alasan utama mengapa mereka tidak membusuk adalah kandungan sodium yang tinggi. Garam adalah pengawet yang luar biasa, manusia telah mengetahuinya selama ribuan tahun. Daging McDonald mengandung banyak sodium -- begitu banyak sehingga daging itu memenuhi syarat sebagai daging “yang diawetkan”, belum termasuk berbagai bahan kimia yang bisa Anda temukan dalam daging itu.

Bagi saya, tidak begitu misterius mengapa daging itu tidak membusuk. Pertanyaan riil dalam benak saya adalah mengapa rotinya tidak berjamur? Inilah bagian yang benar-benar menyeramkan, karena healthy bread akan berjamur dalam beberapa hari. Bahan apa yang ada dalam roti burger McD yang dapat mencegah jamur selama lebih dari 20 tahun?
Tidak ada hewan normal yang akan menerima sebuah hamburger McDonald sebagai makanan, begitu juga dengan bakteri atau jamur. Bagi indera mereka, itu bukanlah benda yang bisa dimakan. Itulah sebab mengapa burger bionik ini tidak akan terurai/membusuk.

Hanya satu spesies di bumi yang cukup bodoh untuk berpikir bahwa hamburger McDonald adalah makanan. Spesies ini menderita penyakit diabetes, kanker, penyakit jantung, dimensia (penyakit otak), dan obesitas yang jumlahnya meningkat tajam. Spesies ini mengklaim sebagai spesies paling cerdas di planet ini, namun mereka bersikap sangat bodoh sampai-sampai memberi makan anak-anak mereka dengan bahan kimia beracun dan atrocious non-foods (atrocious : kejam; keji; bengis; lalim) yang jamur saja tidak mau memakannya (tapi jamur mau memakan pupuk kandang, FYI).

Sabtu, 04 September 2004

Trik islami menghadapi anak yang suka marah

Anak anda suka marah-marah mungkin adalah hal yang kerap kita jumpai, meski kapasitas marah mereka tidak seperti orang dewasa tentunya. Kemarahan mereka akan terlihat jelas ketika menghadapi teman sebayanya atau adiknya. Sebagai orangtua hendaknya menghadapinya dengan bijak. Perlu anda ketahui, marah adalah perubahan yang terjadi saat darah yang ada di dalam hati bergejolak sehingga menimbulkan kepuasan di dalam dada.
Yang perlu diperhatikan pula oleh orangtua ketika anak-anak kita dalam kemarahan, itu adalah kesempatan untuk memberikan kepada mereka pelajaran adab dan etika ketika marah. Namun selayaknya pelajaran ini diberikan saat kemarahan anak telah reda. Berikut ini, di antara adab dan etika saat marah:
1. Jelaskan bahwa kemarahan datangnya dari setan. adalah gejolak yang timbulkan oleh setan. Dia mengakibatkan berbagai bencana dan malapetaka yang tak seorang pun mengetahuinya melainkan Allah ta’ala. Maka berilah pengertian pada anak, marah datangnya dari setan yang terkutuk. Diharapkan akan terpatri dalam diri anak, jika dia marah maka setan lah yang memberinya sehingga dia akan berhenti marah.
2. Kenalkan wasiat Rasulullah untuk meninggalkan marah. Shadits yang diriwayatkan Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu , bahwa seorang lelaki meminta nasihat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,
أَوْصِنِي قَالَ:لاَ تَغْضَبْ, فَرَدَّدَ ذَلِكَ مِرَارًا قَالَ لاَ تَغْضَبْ
“Berilah wasiat kepadaku.” Nabi bersabda, ‘Janganlah engkau marah.‘ itu mengulangi (permintaannya) beberapa kali. Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– tetap bersabda, ‘Janganlah engkau marah.’” (Bukhari)
3. Kenalkan pula dengan pahala bagi orang yang meninggalkan amarah. Di antara pahalanya sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam–,“Janganlah marah, bagimu surga.” (Riwayat At Tabrani)
Juga sebagaimana sabda Rasulullah — shollallohu ‘alaihi wa sallam– yang lain,
مَنْ َكظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَاِدرٌ عَلىَ أَنْ يُنَفِّذَهُ, دَعَاهُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ عَلىَ رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَ هُ مِنَ اْلحُوْرِ مَا شَاءَ
“Barang siapa yang menahan kemarahannya sedangkan ia mampu untuk melakukannya maka Allah  SWT akan menyeru dia di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat untuk dipilihkan baginya bidadari yang dikehendakinya.” (Riwayat Abu Dawud)
4. Berilah salah satu kisah saat Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– pernah dipancing untuk marah, yaitu ketika seorang badui menarik selendang leher beliau. Walau demikian, beliau tidak memaki dan membencinya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Anas –rodhiyallohu ‘anhu–:
Aku berjalan bersama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, saat itu beliau memakai kain dari Najran yang kasar pinggirnya, kemudian seorang badui datang menghampirinya dan menarik kain itu dengan tarikan yang sangat kuat, sampai aku melihat pada leher Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– di mana tarikan itu sampai membekas karena kuatnya tarikan tersebut, kemudian ia berkata, “Wahai Muhammad perintahkanlah (kepada kaummu) untuk membagikan kepadaku harta dari Allah yang ada di padamu, kemudian Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam– meliriknya sambil tersenyum lalu beliau memerintahkan untuk diberikan bagian tertentu baginya.” (Mutaffaqun Alaihi)
5. Mengetahui bahwasanya menahan amarah adalah ciri orang yang bertakwa, hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala,
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَالْعَاِفيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya secara sembunyi dan terang-terangan dan orang yang menahan kemarahan serta memaafkan manusia, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (Ali Imraan: 134)
Demikian beberapa pelajaran dari Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– saat marah mendera. Semoga bermanfaat.